Rabu, 09 November 2016

Perencanaan Campuran Beton


PERENCANAAN CAMPURAN BETON


3.1                   PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Perencanaan campuran beton ini dilakukan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan yang digunakan sebagai penyusun beton agar memenuhi persyaratan teknis, ekonomis dan menghasilkan proporsi campuran yang optimal dengan memiliki kuat tekan yang maksimum.
Kriteria utama dalam perencanaan campuran beton ini adalah kuat tekan beton dan ada hubunganya dengan faktor air semen serta kemudahan dalam pengerjaanya (workability). Perencanaan campuran beton harus melalui beberapa prosedur, salah satunya yaitu prosedur perbandingan campuran.

3.1.1             PERENCANAAN CAMPURAN
              Campuran yang digunakan diantaranya yaitu agregat kasar (gravel), agregat halus (sand), semen (portland) dan air (water). Pada perencanaan kali ini kuat tekan beton sudah harus direncanakan dengan membaca tabel dan grafik perencanaan beton yang tercantum dalam (SNI 03-2834-2000), karena nilai kuat tekan beton ini sangat mempengaruhi dalam perencanaan dan racangan campuran pembuatan beton. Dengan mengetahui kuat tekan beton kita dapat menentukan standar deviasi dan margin dalam mencari kuat tekan rata-rata suatu beton yang ditargetkan.
              Pada saat perencanaan campuran, tipe semen serta jenis agregat kasar dan agregat halus juga harus diketahui. Tipe semen yang digunakan yaitu (PCC 1), dan untuk jenis agregat kasar dan agregat halus yang digunakan adalah batu pecah (crushed) dan pasir alam (uncrushed). Selain itu data yang diperlukan dalam perencanaan campuran beton yaitu ukuran maksimum agregat, susunan butir agregat halus, berat jenis agregat, dan kadar air agregat.
3.2                   PROSEDUR PERBANDINGAN CAMPURAN
Pedoman untuk komposisi spesi beton yang dapat dipegang antara semen, pasir, kerikil harus memiliki perbandingan 1 : 2 : 3. Satuan pembanding ini dalam volume. Misalkan, berdasarkan semen (portland) 5 kg  berarti untuk agregat halusnya (sand) sebanyak 10 kg, sedangkan untuk agregat kasarnya (gravel) sebanyak 15 kg. Apabila hal ini terencana dengan baik, maka mutu beton yang kita buat akan sesuai dengan mutu beton yang akan kita rencanakan. Agar dapat mencapai perbandingan campuran seperti diatas, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

3.2.1             Semen
Semen adalah salah satu bahan pembuatan beton yang digunakan sebagai perekat atau pengikat agregat. Jika dicampur dengan air, semen akan menjadi pasta. Agar semen menjadi adonan pasta yang baik untuk beton harus diketahui perbandinganya campuranya. Perbandingan semen pada perencanaan campuran haruslah melalui suatu prosedur serta perhitungan yang tepat.
Supaya mendapatkan perbandingan semen yang tepat, harus dilakukan perhitungan terhadap faktor air semen yang disesuaikan, untuk mendapatkan faktor air semen yang pas yaitu dengan cara membagai (free water content) dengan (cement content).
 Mengetahui cement content maka kita dapat menganalisa perhitungan kadar semen, yang akan digunakan dalam pembuatan perancangan campuran beton ini. Semen yang baik adalah semen yang memenuhi syarat kehalusan sebagai berikut:
1.                  Tertahan saringan No.100 = 0%
2.                  Tertahan saringan No.200 = maksimal 22%


3.2.2             Air
Air memiliki peranan penting dalam bahan pembutan campuran beton.Umumnya memerlukan 25-30 kguntuk menghidratasikan  setiap 100 kg semen (w/c rasio minimum = 0.30). Kenyataannya dengan pertimbangan kemudahan pengerjaan (workability) sering dipakai w/c ratio yang lebih tinggi sampai mencapai w/c ratio = 0.40 – 0.50. Ini berarti ada kelebihan 0.10 – 0.20 dari persyaratan minimum untuk hidratasi tadi. Kelebihan ini  disebut (water of convenience). Penambahan air yang berlebihan akan membawa dampak negatif pada mutu dan kinerja beton, karena mutu dan kinerja beton sangat peka terhadap kandungan air dalam campuran. Makin banyak kandungan air, makin rendah mutu dan kinerja beton tersebut.
SK–SNI 03-2847-2002 adalah syarat air yang dapat digunakan dalam pencampuran beton yaitu:
1.                  Air yang digunakan dalam pencampuran beton harus bersih dari bahan perusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam dan bahan organik yang dapat merugikan kekuatan beton dan tulangan.
2.                  Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam almunium termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat tidak boleh mengandung bahan klorida yang membahayakan.
Penambahan air pada campuran beton diluar ketentuan Standar Nasional  akan mengakibatkan kekuatan kuat tekan beton menjadi turun drastis, kekedapan dan keawetan (durability), Performa dari permukaan beton tidak merata, resiko terhadap (drying-shrinkage cracking) dan (differential-thermal cracking). Beton dalam proses pengerasan akan menimbulkan panas, dan akan meningkat lagi, bila bahan-bahan yang dipergunakan mengandung panas yang cukup tinggi. Maka akan mengakibatkan bahan-bahan pencampuran beton tidak akan berkerja dengan baik. Oleh karena itu usahakan suhu yang serendah mungkin pada agregat dan semen yang akan dipakai.


3.2.3             Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No. 1737-1989-F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.
              Agregat yang baik adalah yang tidak bereaksi kimia dengan unsur-unsur semen. Saat pembuatan beton, jumlah pasta semen berfungsi untuk mengisi kekosongan rongga-rongga pada campuran beton tersebut, maka dari itu agregat juga harus memiliki perbandingan campuran yang pas. Umumnya kandungan agregat  (kasar, sedang dan halus) meliputi 60% - 75% dari volume beton. Saat perancangan concrete mix, faktor kelembaban cukup penting karena berkaitan dengan w/c – ratio.
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan. Dengan begitu beton dapat bertahan menahan kuat tekan berdasarkan beban yang ditimbulkan seperti beban hidup, beban mati dan faktor-faktor beban lainya. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan beton adalah:
a.                   Gradasi agregat
b.                  Kebersihan agregat
c.                   Kekerasan agregat
d.                  Ketahanan agregat
e.                   Bentuk butir agregat
f.                   Tekstur permukaan agregat

Ini adalah salah satu contoh pencampuran pembuatan suatu beton agar beton memiliki kuat tekan maksimum dan tidak gampang getas. Semoga Penulisan ini dapat bermanfaat untuk anda semua yang ingin mempelajari mix design beton. Apa bila saya memiliki kesalahan mohon untuk dimaafkan karena saya hanya manusia biasa yang banyak akan dosa.

Sumber Buku Modul Teknologi bahan Konstruksi